Selasa, 06 Agustus 2013

Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah

Entah mimpi apa saya sebelumnya, sama sekali tidak ada firasat akan terjadi musibah. Sabtu, 3 Agustus 2013 jadi salah satu tanggal keramat bagi saya. Betapa tidak, sedang bergembira hendak mengambil uang di ATM untuk membeli oleh-oleh Lebaran keluarga dirumah, eh ada motor tak dikenal nyerobot dari sisi kiri. Berikut kisahnya :)

"ATM, bentar lagi nyampe. Oleh - oleh apa yah yang enak?" bisik hati saya ketika melewati terowongan di Jl Arteri Soekarno - Hatta. Sambil menikmati udara pagi Semarang, saya mengayuh pelan pedal seli (sepeda lipat) yang selalu menemani kemana saja saya mau, dan sesekali melirik ke arah kanan berharap ada penjaja kue kering khas Lebaran.

Brakkkkkk.... Aduh, hampir copot jantung saya ketika mendengar ekor seli, tunggangan saya, seolah menjerit kesakitan. Saya tak bisa menoleh dengan leluasa ke arah kanan karena banyak kendaraan lalu lalang, lalu saya putuskan untuk terus mengayuh pedal seli dengan harapan bisa segera pergi dari situasi tak mengenakkan tersebut. Tapi, saya salah duga. Motor penyerobot di belakang juga terus melaju, menghimpit seli hingga tercekik dan mematahkan pedal kirinya. Puas memakan pedal dan crank besi si cantik seli, kemudian motor itu oleng dan ambruk ke kiri menimpa pengendaranya. Beruntung, semua kendaraan di belakangnya berbelok ke kanan menghindari tabrakan dengan rakitan besi tua tersebut, sehingga pengendaranya leluasa menegakkan motornya kembali. Dan saya sendiri, tetap sekuat tenaga mengayuh pedal kanan yang tersisa hingga terlepas darinya meskipun dengan kondisi tak sempurna.

Sukses membawa seli menepi, sejenak menarik nafas panjang, lalu saya amati body seli secara detil. Banyak keganjilan muncul pada seli, dari slebor belakang, rem, pedal kiri yang hancur, crank besi bengkok bergelombang, setang yang mulai kocak, sangat berbeda dengan body sexy seli sebelum kejadian itu. Ketika angin berhembus, terasa ada yang panas dan perih di punggung saya. Setelah diraba, ternyata benar, ada goresan luka akibat hantaman setang motor tersebut.

Melihat penabrak yang hanya melongo menyaksikan saya meringis kesakitan, seketika emosi saya memuncak. "Mbok ya sing ngati - ati to bu....", ucap saya penuh emosi sambil memungut sandal kiri saya yang tertinggal di dekat motor tua berkarat itu. "Kuwi motore dicek sik, teles - teles ning ngisor kuwi sing bocor apane. Bahaya kuwi...". Wanita setengah baya itu menuruti semua yang saya katakan dengan wajah pucat ketakutan. "Minggir sik, minggir sik ben rak nyalahi liyane sing lewat", sambung saya dengan galak. Dan lagi - lagi wanita setengah baya itu menurut, meminggirkan kemudian memeriksa astrea bututnya. "Nggak papa mbak, ini basah karena air. Motornya biasa buat ngantar ikan di pasar soalnya,", akhirnya keluar juga jawaban darinya. "Mbaknya gak papa, ada yang sakit nggak? Nuwun sewu ya mbak", nadanya sedikit bergetar sambil memandangi saya. "Sebenernya sakit punggung saya, tapi ya wis lah, gak papa. Monggo, ibu pulang aja", putusan terakhir saya ketika melihat celana yang dikenakannya sobek di beberapa bagian, dengan nada merendah.

Tak sabar melihat wanita itu yang tak segera beranjak dari tempatnya, saya segera mengayuh sisa pedal seli memutar arah mencari bengkel sepeda. Astaghfirullah al adzim... Tak terasa air mata mulai membasahi di pipi, teringat pada kuasa Sang Pencipta. Alhamdulillah, kami masih dikaruniai keselamatan sehingga bisa pulang berkumpul berlebaran dengan keluarga masing - masiing.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar